Kamis, 17 Desember 2009

FRENOLOGI WATAK MANUSIA BERDASARKAN BENTUK KEPALANYA

Ilmu “ membaca ” watak orang berdasarkan bagian tubuh yang selama ini kita kenal, mungkin hanya sekitar bentuk dan garis telapak tangan ( palmistri ) atau fisiognomi ( pengetahuan tentang karakteristik wajah dan tubuh ). Kedua ilmu kuno itu, yang semula merupakan cara para tabib untuk mendiagnosis penyakit, belakangan diperkaya oleh frenologi ( phrenology, analisis karakter atau kepribadian berdasarkan bentuk kepalanya ).
Frenologi lahir pada 1796 di Austria. Pelopornya dr. Franz Joseph Gall, seorang dokter umum. Menurut penelitian Gall, kegiatan berpikir sangat berpengaruh terhadap bentuk otak. Bentuk otak kemudian mempengaruhi bentuk tengkorak, berupa tonjolan maupun ketidakteraturan pada permukaan kepala. Karena pertumbuhan otak setiap orang berbeda, bentuk kepala setiap orang pun tidak ada yang sama. Gall beranggapan karakter setiap individu dapat dengan mudah dievaluasi dengan mengamati ketidakteraturan pada kepala itu sebagai “ benjolan “. Di mata ahli frenologi, “ benjolan “ itu disebut “ panca indera “ atau “ organ “.
Bentuk kepala menurut Gall, juga menunjukkan jenis otak yang mengisi di dalamnya. Karena pembentukkan otak adalah proses yang seirama dengan pertumbuhan manusia, Gall yakin bahwa bentuk otak itu bisa “ diupayakan “ sejauh masih dalam masa pertumbuhan. Ia mengatakan bahwa otak yang masih muda dapat dibentuk melalui pendidikan dan kegiatan – kegiatan khusus. Pernyataan Gall ini kemudian mengilhami banyak dokter muda untuk menasihati pasiennya, “ Jika otak anda ingin lincah, Anda harus menggunakan pikiran Anda ”.
Gagasan Gall diikuti banyak orang. Frenologi pun menjadi ilmu yang laris dipelajari. Pada pertengahan abad ke-19, ketika frenologi berada di puncak ketenarannya, para penerus Gall berhasil mengembangkan ilmu itu. segala teknik dan metode penelitian disempurnakan. Mereka membuat patokan bahwa dalam mengaplikasikan frenologi, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengukur kepala. Ukuran tengkorak diyakini menunjukkan sejumlah kekuatan otak yang ada didalamnya.
Rata – rata diketahui bahwa lingkar normal kepala seorang wanita berkisar 48 cm – 56 cm, sementara pria berkisar 49,5 cm – 57 cm. Dalam membaca kepala, seorang ahli frenologi mula – mula memperhatikan bentuk keseluruhan kepala. Kepala bulat dianggap mengindikasikan sifat dasar yang kuat, percaya diri, berani, namun kadang – kadang resah. Kepala segi empat mewakili sifat dasar yang teguh, dapat diandalkan, berpikir mendalam, dan mempunyai tujuan. Kepala yang lebar mengisyaratkan karakter energitik dan ramah. Sedangkan kepala yang lebih sempit memperlihatkan sifat dasar suka menarik diri dan melihat ke dalam diri, tidak berorientasi ke luar.
Bagaimana pula bentuk kepala cendikiawan? Menurut ahli frenologi, kepala cendikiawan umumnya berbentuk telur. Selain melihat bentuk, ahli frenologi juga menjelajahi kepala seseorang dengan ujung – ujung jarinya. Hal ini dimaksudkan untuk merasakan garis bentuk tengkorak orang yang diperiksa. Karena otak terdiri atas dua belahan. Banyaknya karakteristik manusia tentu menyebabkan beragamnya bentuk dan ukuran kepala. Karena kehidupan sosial setiap individu berbeda – beda, maka organ yang dihasilkan menjadi variatif. Di mata ahli frenologi, organ yang kurang berkembang dibandingkan dengan organ lain mengindikasikan kurangnya “ kualitas “ pada kepribadian. Sedangkan organ yang berkembang baik mengindikasikan adanya kualitas sampai tingkatan tertentu.

sumber :
intisari magazine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar